Perekonomian
Indonesia sejak krisis ekonomi pada pertengahan 1997 membuat kondisi
ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Sejak itu, pertumbuhan ekonomi
Indonesia juga tidak pernah mencapai 7-8 persen. Padahal, masalah pengangguran
erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi ada,
otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada. Setiap pertumbuhan ekonomi satu
persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu orang. Jika
pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen, tentunya hanya akan menyerap
1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata 2,5 juta
pertahun. Sehingga, setiap tahun pasti ada sisa pencari kerja yang tidak memperoleh
pekerjaan dan menimbulkan jumlah pengangguran di Indonesia bertambah.
Masalah
kependudukan yang berhubugan erat dengan pengangguran adalah kemiskinan, kemiskinan
merupakan problematika kemanusiaan yang telah mendunia dan hingga kini masih
menjadi isu sentral di belahan bumi manapun. Selain bersifat laten dan aktual,
kemiskinan adalah penyakit sosial ekonomi yang tidak hanya dialami oleh
Negara-negara berkembang melainkan negara maju sepeti inggris dan Amerika
Serikat. Negara inggris mengalami kemiskinan di penghujung tahun 1700-an pada
era kebangkitan revolusi industri di Eropa. Sedangkan Amerika Serikat bahkan
mengalami depresi dan resesi ekonomi pada tahun 1930-an dan baru setelah tiga
puluh tahun kemudian Amerika Serikat tercatat sebagai Negara Adidaya dan
terkaya di dunia.
Masyarakat
miskin sering menderita kekurangan gizi, tingkat kesehatan yang buruk, tingkat
buta huruf yang tinggi, lingkungan yang buruk dan ketiadaan akses infrastruktur
maupun pelayanan publik yang memadai. Daerah kantong-kantong kemiskinan
tersebut menyebar diseluruh wilayah Indonesia dari dusun-dusun di dataran
tinggi, masyarakat tepian hutan, desa-desa kecil yang miskin, masyarakat
nelayan ataupuin daerah-daerah kumuh di perkotaan.
Salah satu akar permasalahan
kemiskinan di Indonesia yakni tingginya disparitas antar daerah akibat tidak
meratanya dsistribusi pendapatan, sehingga kesenjangan antara masyarakat kaya
dan masyarakat miskin di Indonesia semakin melebar. Misalnya saja tingkat
kemiskinan anatara Nusa Tenggara Timur dan DKI Jakarta atau Bali, disparitas
pendapatan daerah sangat besar dan tidak berubah urutan tingkat kemiskinannya
dari tahun 1999-2002. Namun tidak hanya itu, berikut adalah beberapa penyebab
lain terjadinya kemiskinan di Indonesia.
A.
Penyebab terjadinya
kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan pendapatan
a.
Sebab terjadinya
kemiskinan
Pada umumnya
di negara Indonesia penyebab-penyebab kemiskinan adalah sebagai berikut:
1.
Laju Pertumbuhan Penduduk.
Pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat di setiap
10 tahun menurut hasil sensus penduduk. Meningkatnya jumlah penduduk membuat
Indonesia semakin terpuruk dengan keadaan ekonomi yang belum mapan. Jumlah
penduduk yang bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban ketergantungan.
Penghasilan yang minim ditambah dengan banyaknya beban ketergantungan yang
harus ditanggung membuat penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.
2.
Angkatan Kerja,
Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran.
Secara garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi
dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong sebagi tenaga
kerja ialah penduduk yang berumur didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja
berbeda-beda disetiap negara yang satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang
dianut oleh Indonesia ialah minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi
setiap orang atausemua penduduk kesenjangan dikatakan lunak, distribusi
pendapatan nasional dikatakan cukup merata.
Pendapatan
penduduk yang didapatkan dari hasil pekerjaan yang mereka lakukan relatif tidak
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan ada sebagian penduduk di
Indonesia mempunyai pendapatan yang berlebih.
3.
Tingkat pendidikan yang rendah.
Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan salah satu
penyebab kemiskinan di suatu negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat
pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan
ekonomi terutama industry, jelas sekali dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja
yang mempunyai skill atau paling tidak dapat membaca dan menulis.
4.
Kurangnya perhatian dari pemerintah.
Pemerintah
yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat miskin dapat menjadi
salah satu faktor kemiskinan. Pemerintah tidak dapat memutuskan kebijakan yang
mampu mengendalikan tingkat kemiskinan di negaranya.
b.
Sebab terjadinya
pengangguran
Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya pengganguran adalah sebagai berikut:
1.
Besarnya Angkatan
Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan
terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja
yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
2.
Struktur Lapangan
Kerja Tidak Seimbang
3.
Kebutuhan jumlah
dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang.
Apabila kesempatan
kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran
belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara
tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan
tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi
kesempatan kerja yang tersedia.
4.
Penyediaan dan
Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
Jumlah angkatan
kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan
di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan
dari suatu negara ke negara lainnya.
c.
Sebab terjadinya
kesenjangan pendapatan
Adapun
indikator-indikator kesenjangan Pendapatan, antara lain sebagi berikut:
1.
UMR yang ditentukan
pemerintah antara pegawai swasta dan pegawai Pemerintah yang sangat berbeda.
2.
PNS (golongan atas)
lebih sejahtera dibandingkan petani
3.
Pertanian kalah
jauh dalam meyuplai Produk Domestik Bruto (PDB) yang hanya sekitar 9,3% di
tahun 2011, padahal Indonesia merupakan Negara agraris
B.
Dampak yang terjadi
akibat adanya kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan pendapatan
Tujuan
akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan
kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan
naik terus. Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal
tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah
dicita-citakan.
Hal
ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan
perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
1.
Pengangguran bisa
menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang
dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan
nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada
pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran
yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
2.
Pengangguran akan
menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sector pajak berkurang. Hal
ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan
perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan
demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika
penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan
berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.
3.
Pengangguran tidak
menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan menye-babkan daya
beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil
produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor
(pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan
demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan
terpacu.
Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu
banyak dan kompleks.
1.
pengangguran.
Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 saja sebanyak
12,7 juta orang. Jumlah yang cukup “fantastis” mengingat krisis
multidimensional yang sedang dihadapi bangsa saat ini.
Dengan banyaknya
pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan karena tidak
bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mereka tidak mampu
memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran telah menurunkan
daya saing dan beli masyarakat. Sehingga, akan memberikan dampak secara
langsung terhadap tingkat
2.
kekerasan.
Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan efek dari
pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan
yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan
dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya,
merampok, menodong, mencuri, atau menipu [dengan cara mengintimidasi orang
lain] di atas kendaraan umum dengan berpura-pura kalau sanak keluarganya ada
yang sakit dan butuh biaya besar untuk operasi. Sehingga dengan mudah ia
mendapatkan uang dari memalak.
3.
pendidikan. Tingkat
putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini. Mahalnya
biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia
sekolah atau pendidikan. Jelas mereka tak dapat menjangkau dunia pendidikan
yang sangat mahal itu. Sebab, mereka begitu miskin. Untuk makan satu kali
sehari saja mereka sudah kesulitan.
4.
kesehatan. Seperti
kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap klinik
pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau ongkos
pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh
kalangan miskin.
5.
konflik sosial
bernuansa SARA. Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul akibat ketidakpuasan
dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi bukti lain dari
kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono menyebut akibat ketiadaan jaminan
keadilan “keamanan” dan perlindungan hukum dari negara, persoalan
ekonomi-politik yang obyektif disublimasikan ke dalam bentrokan identitas yang
subjektif.
Terlebih lagi
fenomena bencana alam yang kerap melanda negeri ini yang berdampak langsung
terhadap meningkatnya jumlah orang miskin. Kesemuanya menambah deret panjang
daftar kemiskinan. Dan, semuanya terjadi hampir merata di setiap daerah di
Indonesia. Baik di perdesaan maupun perkotaan.
Dan antara
penggaruran, kemiskinan dan kesenjangan pendapatan saling berhubungan dan
mempunyai dampak yang cukup besar bagi negara.
C.
Kebijakan kebijakan
untuk mengatasi kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan pendapatan
Kebijakan – Kebijakan Pengangguran
Adanya bermacam-macam
pengangguran membutuhkan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis
pengangguran yang terjadi, yaitu sbb :
1.
Cara Mengatasi
Pengangguran Struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara
yang digunakan adalah :
a.
Peningkatan
mobilitas modal dan tenaga kerja
b.
Segera memindahkan
kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan
sector ekonomi yang kekurangan
c.
Mengadakan
pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang
kosong, dan
d.
Segera mendirikan
industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
2.
Cara Mengatasi
Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum
antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut:
a.
Perluasan
kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang
bersifat padat karya
b.
Deregulasi dan
Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya
investasi baru
c.
Menggalakkan
pengembangan sector Informal, seperti home indiustri.
d.
Menggalakkan program
transmigrasi untuk me-nyerap tenaga kerja di sector agraris dan sector formal
lainnya
e.
Pembukaan
proyek-proyek umum oleh peme-rintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya,
PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun
untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
3.
Cara Mengatasi
Pengangguran Musiman.
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
a.
Pemberian informasi
yang cepat jika ada lowongan kerja di sector lain,
b.
Melakukan pelatihan
di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim
tertentu.
4.
Cara mengatasi
Pengangguran Siklus
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
a.
Mengarahkan
permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
b.
Meningkatkan daya
beli Masyarakat
Bantuan kemiskinan, atau
membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian
pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
Bantuan terhadap keadaan
individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang
miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial,
pencarian kerja, dan lain-lain.
Persiapan bagi yang lemah.
Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara
sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang
lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau
keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan